Rabu, 24 Desember 2014

Ular Penyelamat Saat Tsunami Aceh

Kisah Umi Diselamatkan Seekor Ular saat Tsunami Aceh

tsunami aceh, 10 tahun tsunami aceh, kisah tsunami aceh
 
Banyak kisah yang terjadi 10 tahun lalu, saat gelombang tsunami meluluhlantakkan Aceh. Namun banyak juga kisah gaib di luar nalar manusia, seperti yang dialami Umi Kalsum (58).

Nenek berusia 58 tahun yang dikenal dengan panggilan Mak Sum ini selamat dari maut berkat bantuan seekor ular.

Pada Minggu pagi 26 Desember 10 tahun silam, Umi Kalsum menuturkan, ia sedang asyik menanam bunga di perkarangan rumannya di Desa Alu Naga, Kabupaten Aceh Besar. "Saya memang suka bunga sejak dari gadis," ujar Umi, Rabu (24/12/2014).

Namun tiba-tiba bumi bergoyang dihempas gempa berkekuatan 9,1 skala Ricter. Beberapa menit setelah gempa orang berlarian sambil berteriak air laut naik. "Mak jangan lari, kata anak saya, itu air laut sudah naik. Saya lari sama cucu saya yang saat itu umurnya 5 tahun," cerita Umi.

Belum jauh Umi berlari, tiba-tiba tubuhnya terhempas gelombang tsunami, cucunya terlepas dari genggaman tangannya.

"Kami sudah teraduk-aduk dalam air, sesaat sempat saya liat cucu saya dalam air, saya coba raih tapi tidak dapat, yang ada tangan saya kesangkut di pagar, ini hampir putus," kisah Umi.

Umi Kalsum pun hilang kesadarannya karena terombang-ambing gelombang pekat tsunami. "Saya sadar pertama sudah di jembatan ini (Jembatan Kajhu), ya subhanallah mulut ular itu di depan mata saya, tubuh saya itu dililitnya," ujar Umi Kalsum dalam bahasa Aceh.

Umi tidak tahu sejak kapan ular tersebut bersamanya, "Ada yang lihat orang sini, katanya saya dibawa ular hingga ke tengah sungai, dipikir saya sudah nggak selamat," ucap dia.
Permukiman Umi Kalsum berada kurang lebih 100 meter dari pinggiran Pantai Kuala Alu Naga. Awalnya, Umi Kalsum mengira ular tersebut hanyalah sebatang pohon pisang.

"Warnanya loreng, sampai di jembatan itu saya sudah sadar, begitu lihat kepala ular, ya subhanallah, saya cuma berucap selamatkan saya ke darat ya meutuah (mulia)," kenang Umi. Ular tersebut sebesar tiang listrik.

Saat tubuh Umi dalam lilitan ular tersebut, Umi sempat melihat mayat-mayat korban tsunami berhanyutan dengan sampah memenuhi Krueng (sungai) Aceh yang bermuara ke lautan Alu Naga.

"Begitu saya ucapkan selamatkan saya ya meutuah (mulia), ular itu langsung nyelam dalam air, dengan posisi tubuh saya masih dililit, sampai saya sangkut dengan sampah di kawasan sungai Lamyong, itu saya masih dililit," kata Umi.

Sesampainya Umi di kawasan Sungai Lamyong, beberapa menit kemudian seorang remaja melemparkannya sehelai baju kaos, disusul seorang wanita yang memberikannya sehelai gorden untuk menutupi tubuhnya.

"Baju saya udah koyak semuanya, tinggal benang di leher saja," imbuh Umi.
Setelah Umi menutupi tubuhnya barulah datang 3 pemuda, yang menurutnya ketiga pemuda itu merupakan relawan Palang Merah Indonesia (PMI).

"Ditarik badan saya dari lilitan ular, tiba-tiba ular itu melepas saya dengan meluruskan tubuhnya, dan pergi entah ke mana," lanjut Umi.

"Sempat saya bilang sama anak itu, pas ditarik saya, nak ada ular, tidak apa-apa katanya dia nggak ganggu kita," cerita nenek yang juga kehilangan 30 sanak saudaranya saat tsunami menghantam desanya.

Selain itu Umi juga melihat ayam jago miliknya juga selamat berenang di atas sehelai papan tidur miliknya. "Ayam meutuah (mulia) itu juga selamat di atas papan tidur saya, itulah mungkin kuasa Allah," ujar Umi.

Setelah diselamatkan relawan PMI, Umi sempat mendapatkan perawatan. Namun karena kondisi saat itu tidak kondusif dan tubuhnya yang lelah, dia sempat tertidur di jalanan, hingga tubuhnya diangkut dan diletakkan dengan tumpukan mayat lainnya.

"Saya diangkut ke daerah kuburan T Nyak Arif ditumpukin saya dengan mayat di situ," tutur Umi.

Kini, setelah tsunami Aceh berlalu, Umi kembali lagi ke kampung halamannya menata kehidupan dan bergelut kembali dengan kegiatannya sama seperti sebelum terjadinya bencana tersebut.

"Kerjaan saya bidan kampung, obatin orang, mandiin mayat orang perempuan, cukur rambut bayi, hadiri kenduri gitu," pungkas Umi Kalsum. (Ans/Mut)

Flash Back Tsunami Aceh
26 Desember 2004 

sumber : liputan 6
Read more ...
Selasa, 25 November 2014

cerita sang guru teladan tanpa lengan

Untung, itulah nama guru yang teladan, namun namanya tak sebaik kisahnya.

selain tidak mempunyai lengan dan tangan,

pak untung juga digaji Rp.300.000 selama kurang lebih 22 tahun mengabdi sebagai guru honorer di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Ulum Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Fisik Untung yang tak sempurna, namun kegigihannya luar biasa.Untung tak memiliki lengan. Namun itu semua bukanlah penghalang bagi Untung tetap gigih menularkan ilmu ke murid-murid tercintanya.
Tak ada lengan, kaki pun jadi. Dengan lihai, Untung menggerakan kakinya untuk mengoperasikan tombol-tombol laptop. Untung pun tak canggung untuk menuliskan lafal ayat-ayat suci Al Quran di papan tulis agar murid-muridnya lebih mengerti.
Materi yang diajarkannya tak kalah dengan tulisan tangan normal. Tulisan kaki Untung sangat rapi dan mudah dipahami. Namun Selama 22 tahun sudah Untung mengabdi sebagai tenaga pendidik honorer dan Ia hanya mendapat gaji Rp 300 ribu saja.
Perhatian yang kurang dari pemerintah bukan berarti harus berkeluh-kesah. Guru Untung memilih untuk tetap semangat menjalani hidup demi menghidup istri dan 2 anaknya.
Untung berternak ayam di rumahnya. Saat sore hari, Untung pun membuka pengajian dengan jumlah murid mencapai 120 orang. Untung hanyalah 1 dari contoh guru teladan yang kini semakin jarang ditemukan.
Lihat Videonya dibawah ini : 






SELAMAT HARI GURU - SEMOGA KISAH DARI PAK UNTUNG MENJADI INSPIRASI KITA SEMUA
sumber: liputan 6 dan Detik TV
Read more ...
Minggu, 26 Oktober 2014

Asal Usul Lambang Pancasila Pertama


Lambang pancasila pertama adalah 

wujud seorang manusia yang berkepala Garuda dan menggenggam perisai Pancasila. Itulah desain pertama Pancasila. Soekarno kemudian memberikan beberapa usul, manusia Garuda diubah sepenuhnya menjadi burung garuda. Tapi saat itu burung garuda masih 'gundul' dan tidak berjambul.


Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.

Soekarno terus memperbaiki bentuk Garuda Pancasila. Pada tanggal 20 Maret 1950 Soekarno memerintahkan pelukis istana, Dullah, melukis kembali rancangan tersebut. Beberapa yang diperbaiki antara lain penambahan jambul pada kepala Garuda Pancasila. Selain itu mengubah posisi cakar kaki yang mencengkram pita dari semula di belakang pita menjadi di depan pita.

Banyak yang menduga Soekarno menambahkan jambul karena kepala Garuda gundul dianggap terlalu mirip dengan Bald Eagle, Lambang Amerika Serikat.
Pancasila diagung-agungkan sebagai dasar negara Indonesia. Lambang burung Garuda dipasang di setiap ruang kelas dan institusi resmi. Tapi nama pembuat lambang Garuda Pancasila seolah dilupakan. Hanya segelintir orang yang mengenal Sutan Hamid Algadrie atau Sultan Hamid II sebagai pembuatnya. Hamid II malah lebih dikenal sebagai pemberontak.

Sosoknya ganteng, tegap dan perlente. Di darahnya mengalir darah ningrat Kesultanan Pontianak. Dia satu dari sedikit orang pribumi yang bisa lulus Akademi Militer Belanda di Breda. Sultan Syarif Hamid Alqadri dilahirkan 12 Juli 1913. Putra Sultan Syarif Muhammad Alkadri, Sultan keenam Pontianak.
pembuat lambang pancasila


Walau terlahir dari Kesultanan Islam, kehidupan Hamid Alqadri sepertinya lebih ke-Eropa-eropaan. Dia sempat masuk Technische Hooge School (THS). Tetapi dia akhirnya lebih memilih menjadi perwira tentara Belanda yang disebut Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL). Hamid muda memutuskan masuk ke Koninklijke Militaire Academie di Breda. Dia mengaku sangat tertarik dengan kehidupan militer.

Setelah lulus, Hamid menjadi Letnan II. Hamid juga menikah dengan wanita Belanda bernama Marie van Delden. Wanita yang dikenal dengan nama Dina Van Delden ini putri Kapten seorang tentara Belanda.

Masuknya Jepang, menghancurkan kekuatan Belanda di Nusantara. Hamid yang sempat berperang di Balikpapan ini kemudian dijebloskan Jepang ke penjara di Batavia. Dia ditahan dari tahun 1942-1945. Baru bebas setelah Jepang dikalahkan sekutu.

Hamid kembali menjadi tentara Belanda. Pangkatnya dinaikkan menjadi Kolonel, kemudian Jenderal Mayor. Mungkin dia pribumi dengan pangkat militer tertinggi. Tapi akhirnya dia melepaskan diri dari dinas militer dan memimpin rakyat Pontianak.

Diakui Hamid, sebuah keputusan yang berat meninggalkan dunia ketentaraan. Apalagi dia diangkat menjadi ajudan istimewa Ratu Belanda Wilhelmina.

Kemudian Sultan Hamid menjadi Ketua Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO). Forum negara-negara federal di Indonesia. Banyak pihak yang menganggap BFO adalah boneka Belanda, walau pendapat ini tak selamanya benar.

Saat Republik Indonesia Serikat (RIS) terbentuk, Hamid diangkat Soekarno untuk menjadi menteri negara. Tugasnya menyediakan gedung dan menciptakan lambang negara.
Karir politik Hamid sendiri berakhir tak lama berselang. Dia bersekutu dengan Westerling untuk menyerang sidang kabinet di Pejambon. Hamid memerintahkan Westerling membunuh menteri pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX , Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel TB Simatupang dan Sekjen Kementerian Pertahanan Ali Budiarjo.

Percobaan pembunuhan itu gagal. Sultan Hamengkubuwono IX menangkap Sultan Hamid II. Dia diadili tahun 1953. Pembelaan dirinya ditolak. Pengadilan mengganjarnya dengan hukuman 10 tahun penjara atas kesalahan menggerakkan pemberontakan.

Nama Hamid pun dikenal sebagai pemberontak. Begitu yang tertulis di buku-buku sejarah. Jasanya menciptakan burung Garuda seolah dilupakan.

sumber : merdeka.com
Read more ...
Sabtu, 25 Oktober 2014

Gembala itik

Kura-kura dan Gembala




Sekali waktu pernah kuperhatikan reptil yang ada di rumah, binatang kura-kura atau kuya-kuya (kata anakku yang masih belajar ngomong). Dengan tenangnya dia berenang-renang di kolam sambil mencari makanan yang ada. Tatkala ada sedikit yang mengejutkan dirinya maka akan ditariknya kepalanya kedalam tempurungnya, terkadang kaki-kakinya ditariknya pula. Betapa tenangnya dirinya berada dalam tempurungnya, karena dia yakin akan kekuatan yang ada dalam dirinya. Dengan kesadaran pula kita dapat belajar untuk seperti kura-kura berusaha untuk menarik dan menguasai segenap panca indra yang ada di diri kita, tangan, kaki, mata, mulut, telinga, hidung dan segenap yang ada yang dalam badan kita. Kita kenali semuanya, pikiran kita pun kita pelajari hingga akhirnya kita dapat belajar menyelami betapa liarnya pikiran kita. Dengan kesadaran untuk belajar menyelami pikiran kita dan belajar menguasai segenap indra kita, mudah-mudahan akan semakin membangkitkan kesadaran hidup dan pengendalian diri serta kitapun semakin bijak dalam menjalani hidup.

Begitu juga dengan seorang gembala itik, sungguh tidak mudah untuk menggembalakan sekawanan itik terkadang ada satu atau dua ekor itik yang susah untuk diaturnya. Dengan sabarnya dia menggembalakan itiknya, dan kalaupun ada satu-dua yang melenceng jalannya dan hilang maka dia akan berusaha untuk meluruskan dan mencarinya dan mengarahkan hingga semuanya sampai ketujuan. Kalaupun ada satu yang sakit diapun akan mengobatinya hingga sembuh. Seperti seorang gembala kitapun juga bisa belajar untuk menggembalakan segenap panca indra kita dan pikiran kita. Terkadang perut ingin makanan namun mulut rasanya malas untuk mengunyahnya. Terkadang ingin main namun kaki terasa berat untuk melangkah. Menggembalakan segenap indra dan pikiran kita dibutuhkan sebuah kesadaran dan kesabaran serta kemauan untuk terus belajar. Mencoba belajar untuk menggembalakan segenap ego dan ke-Aku-an yang ada dalam diri kita dibutuhkan keberanian. Belajar untuk melayani dengan ketulusan sungguh mengagumkan. Minimal belajar untuk menjadi seorang gembala bagi diri kita dahulu. Kemudian bisa diperluas menjadi gembala bagi keluarga dan lingkungan sekitar kita, apabila kita sadar kalau kita mampu menjadi seorang gembala yang sejati.

Sebuah cacatan perjalanan mencari kesadaran dari seekor kura-kura dan seorang penggembala itik

Sumber : Kham Tjahjo Purnomo
Read more ...
Kunjungi Tas Anak - Support Harga Tas Anak and Kontak Kami