Minggu, 26 Oktober 2014

Asal Usul Lambang Pancasila Pertama


Lambang pancasila pertama adalah 

wujud seorang manusia yang berkepala Garuda dan menggenggam perisai Pancasila. Itulah desain pertama Pancasila. Soekarno kemudian memberikan beberapa usul, manusia Garuda diubah sepenuhnya menjadi burung garuda. Tapi saat itu burung garuda masih 'gundul' dan tidak berjambul.


Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.

Soekarno terus memperbaiki bentuk Garuda Pancasila. Pada tanggal 20 Maret 1950 Soekarno memerintahkan pelukis istana, Dullah, melukis kembali rancangan tersebut. Beberapa yang diperbaiki antara lain penambahan jambul pada kepala Garuda Pancasila. Selain itu mengubah posisi cakar kaki yang mencengkram pita dari semula di belakang pita menjadi di depan pita.

Banyak yang menduga Soekarno menambahkan jambul karena kepala Garuda gundul dianggap terlalu mirip dengan Bald Eagle, Lambang Amerika Serikat.
Pancasila diagung-agungkan sebagai dasar negara Indonesia. Lambang burung Garuda dipasang di setiap ruang kelas dan institusi resmi. Tapi nama pembuat lambang Garuda Pancasila seolah dilupakan. Hanya segelintir orang yang mengenal Sutan Hamid Algadrie atau Sultan Hamid II sebagai pembuatnya. Hamid II malah lebih dikenal sebagai pemberontak.

Sosoknya ganteng, tegap dan perlente. Di darahnya mengalir darah ningrat Kesultanan Pontianak. Dia satu dari sedikit orang pribumi yang bisa lulus Akademi Militer Belanda di Breda. Sultan Syarif Hamid Alqadri dilahirkan 12 Juli 1913. Putra Sultan Syarif Muhammad Alkadri, Sultan keenam Pontianak.
pembuat lambang pancasila


Walau terlahir dari Kesultanan Islam, kehidupan Hamid Alqadri sepertinya lebih ke-Eropa-eropaan. Dia sempat masuk Technische Hooge School (THS). Tetapi dia akhirnya lebih memilih menjadi perwira tentara Belanda yang disebut Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL). Hamid muda memutuskan masuk ke Koninklijke Militaire Academie di Breda. Dia mengaku sangat tertarik dengan kehidupan militer.

Setelah lulus, Hamid menjadi Letnan II. Hamid juga menikah dengan wanita Belanda bernama Marie van Delden. Wanita yang dikenal dengan nama Dina Van Delden ini putri Kapten seorang tentara Belanda.

Masuknya Jepang, menghancurkan kekuatan Belanda di Nusantara. Hamid yang sempat berperang di Balikpapan ini kemudian dijebloskan Jepang ke penjara di Batavia. Dia ditahan dari tahun 1942-1945. Baru bebas setelah Jepang dikalahkan sekutu.

Hamid kembali menjadi tentara Belanda. Pangkatnya dinaikkan menjadi Kolonel, kemudian Jenderal Mayor. Mungkin dia pribumi dengan pangkat militer tertinggi. Tapi akhirnya dia melepaskan diri dari dinas militer dan memimpin rakyat Pontianak.

Diakui Hamid, sebuah keputusan yang berat meninggalkan dunia ketentaraan. Apalagi dia diangkat menjadi ajudan istimewa Ratu Belanda Wilhelmina.

Kemudian Sultan Hamid menjadi Ketua Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO). Forum negara-negara federal di Indonesia. Banyak pihak yang menganggap BFO adalah boneka Belanda, walau pendapat ini tak selamanya benar.

Saat Republik Indonesia Serikat (RIS) terbentuk, Hamid diangkat Soekarno untuk menjadi menteri negara. Tugasnya menyediakan gedung dan menciptakan lambang negara.
Karir politik Hamid sendiri berakhir tak lama berselang. Dia bersekutu dengan Westerling untuk menyerang sidang kabinet di Pejambon. Hamid memerintahkan Westerling membunuh menteri pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX , Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel TB Simatupang dan Sekjen Kementerian Pertahanan Ali Budiarjo.

Percobaan pembunuhan itu gagal. Sultan Hamengkubuwono IX menangkap Sultan Hamid II. Dia diadili tahun 1953. Pembelaan dirinya ditolak. Pengadilan mengganjarnya dengan hukuman 10 tahun penjara atas kesalahan menggerakkan pemberontakan.

Nama Hamid pun dikenal sebagai pemberontak. Begitu yang tertulis di buku-buku sejarah. Jasanya menciptakan burung Garuda seolah dilupakan.

sumber : merdeka.com
Read more ...
Sabtu, 25 Oktober 2014

Gembala itik

Kura-kura dan Gembala




Sekali waktu pernah kuperhatikan reptil yang ada di rumah, binatang kura-kura atau kuya-kuya (kata anakku yang masih belajar ngomong). Dengan tenangnya dia berenang-renang di kolam sambil mencari makanan yang ada. Tatkala ada sedikit yang mengejutkan dirinya maka akan ditariknya kepalanya kedalam tempurungnya, terkadang kaki-kakinya ditariknya pula. Betapa tenangnya dirinya berada dalam tempurungnya, karena dia yakin akan kekuatan yang ada dalam dirinya. Dengan kesadaran pula kita dapat belajar untuk seperti kura-kura berusaha untuk menarik dan menguasai segenap panca indra yang ada di diri kita, tangan, kaki, mata, mulut, telinga, hidung dan segenap yang ada yang dalam badan kita. Kita kenali semuanya, pikiran kita pun kita pelajari hingga akhirnya kita dapat belajar menyelami betapa liarnya pikiran kita. Dengan kesadaran untuk belajar menyelami pikiran kita dan belajar menguasai segenap indra kita, mudah-mudahan akan semakin membangkitkan kesadaran hidup dan pengendalian diri serta kitapun semakin bijak dalam menjalani hidup.

Begitu juga dengan seorang gembala itik, sungguh tidak mudah untuk menggembalakan sekawanan itik terkadang ada satu atau dua ekor itik yang susah untuk diaturnya. Dengan sabarnya dia menggembalakan itiknya, dan kalaupun ada satu-dua yang melenceng jalannya dan hilang maka dia akan berusaha untuk meluruskan dan mencarinya dan mengarahkan hingga semuanya sampai ketujuan. Kalaupun ada satu yang sakit diapun akan mengobatinya hingga sembuh. Seperti seorang gembala kitapun juga bisa belajar untuk menggembalakan segenap panca indra kita dan pikiran kita. Terkadang perut ingin makanan namun mulut rasanya malas untuk mengunyahnya. Terkadang ingin main namun kaki terasa berat untuk melangkah. Menggembalakan segenap indra dan pikiran kita dibutuhkan sebuah kesadaran dan kesabaran serta kemauan untuk terus belajar. Mencoba belajar untuk menggembalakan segenap ego dan ke-Aku-an yang ada dalam diri kita dibutuhkan keberanian. Belajar untuk melayani dengan ketulusan sungguh mengagumkan. Minimal belajar untuk menjadi seorang gembala bagi diri kita dahulu. Kemudian bisa diperluas menjadi gembala bagi keluarga dan lingkungan sekitar kita, apabila kita sadar kalau kita mampu menjadi seorang gembala yang sejati.

Sebuah cacatan perjalanan mencari kesadaran dari seekor kura-kura dan seorang penggembala itik

Sumber : Kham Tjahjo Purnomo
Read more ...
Minggu, 05 Oktober 2014

Mengintip Kesuksesan Bisnis Etnis tionghoa cina

Cik… ini brapa ?

Yang mana… yang itu “pek-nggo-mban”  (150 ribu)

Ayolah cik.. ga bisa turun lagi lah…

Lu.. mau bli belapa ?

Satu aja cik…

Yah… kalo mau beli 2 takasi mulah lagi yaa…kalo 1 ya segitu..

Alat ini bisa buat apa cik ….

Ini alat bisa keja kayak yu mau bungkus makanan, bungkus krupuk… keja press press plastic olang bilang…

Ya uda cik.. aku ambil 1 saja… kasi nota yaa..

Oke..  kalo 1 minggu ada rusak… yu balik sini ya.. aku ganti.
Memang banyak cara untuk mencapai kesuksesanbisnis, dari metode-metode baru sampai prisnsip bisnis yang diajarkan secara turun-temurun oleh keluarga. Nah, untuk kali ini copett akan sedikit menulis tentang  prinsip-prinsip kesuksesan dari orang Etnis tionghoa/cina. Kesuksesan bisnis yang diajarkan lintas generasi, dan memang prinsip ini merupakan pondasi dari segala bisnis.
Kita semua tahu bahwa China sekarang disegani diseluruh dunia, bahkan Amerika pun segan terhadap negara yang satu ini. Bukan karena kekuatan militernya yang tangguh, bukan karena senjata canggih yang mereka miliki, tetapi karena kekuatan ekonominya yang terbukti stabil. Saat Amerika mengalami krisis ekonomi yang parah, China justru mengalami kenaikan yang cukup signifikan di bidang ekonomi. China mampu menduduki peringkat pertama sebagai negara yang tetap tangguh terhadap hempasan badai krisis ekonomi.

Ada banyak cara berbisnis yang diajarkan orang tua masyarakat China terhadap anak-anaknya. Namun dari kesekian banyak cara bisnis itu, ada beberapa yang menarik untuk kita cermati. Berikut beberapa prinsip masyarakat Etnis tionghoa/cina dalam menjalankan bisnisnya yang patut kita contoh :
  1. Kerja keras. Orang Etnis tionghoa/cina dikenal memiliki sifat kerja keras dan tak kenal lelah. Prinsip inilah yang menjadikan Etnis tionghoa/cina kebanyakan lebih mapan secara finansial dibandingkan etnis lainnya. Mereka rela bekerja mulai pagi sampai larut malam demi meraih kesuksesan bisnisnya. Mereka juga tidak segan-segan untuk turun tangan langsung dalam menjalankan bisnisnya. Coba lihat toko-toko kelontong milik orang Etnis tionghoa/cina, walaupun mereka memiliki banyak pegawai, akan tetapi mereka tetap terlibat aktif di dalamnya. Ini mereka lakukan agar bisnis yang mereka jalani tetap terkontrol dengan baik. Dengan turun langsung, mereka juga bisa mengawasi agar karyawan mereka  memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pelanggannya. Tak jarang pula kita lihat orang Etnis tionghoa/cina ikut truck pengangkut barang, mengirimkan sendiri pesanan barang kepada pelanggan. Jam kerja toko-toko orang Etnis tionghoa/cina pun biasanya lebih lama dari toko-toko lain. Dan ternyata kerja keras inilah salah satu cara mereka dalam meraih kesuksesan bisnisnya.
  2. Hidup hemat. Walau mereka mampu makan ayam goreng, mereka memilih untuk makan sayur asam. Ungkapan inilah yang mungkin tepat diberikan kepada mereka dalam kaitan pengelolaan keuangan. Rata-rata orang Etnis tionghoa/cina memiliki gaya hidup dibawah kemampuan mereka. Jika mereka mampu membeli mobil sedan mewah, maka mereka akan lebih memilih membeli mobil Pick Up untuk membantu kelancaran bisnisnya. Sangat jauh berbeda dengan gaya hidup kita masyarakat Indonesia kebanyakan. Kalau perlu kita hutang agar bisa beli mobil mewah, yang penting gengsi tidak turun. Seberapapun penghasilan yang orang Etnis tionghoa/cina dapatkan, mereka selalu menyisihkan sebagian untuk ditabung atau diinvestasikan. Terkadang mereka harus makan seadanya yang penting tetap ada uang untuk ditabung.
  3. Putar uang yang ada. Dengan melakukan dua hal diatas, yaitu kerja keras dan hidup hemat, masyarakat Etnis tionghoa/cina memiliki peluang yang lebih besar untuk melakukan kegiatan usaha. Mereka mempunyai dana cadangan yang lebih, sehingga dapat digunakan sewaktu-waktu untuk keperluan yang mendesak. Entah itu untuk keperluan hidup sehari-hari ataupun untuk keperluan bisnis. Tak jarang kita lihat toko orang Etnis tionghoa/cina yang sepi, seakan mati enggan hidup tak mau. Tapi toko itu tetap berdiri, dana cadangan inilah yang menopang hidup mereka. Dan yang lebih penting lagi, orang etnis tionghoa/cina jarang yang menyimpan uang dalam bentuk tabugan, mereka lebih suka menginvestasikan uang mereka di instrumen investasi jangka pendek sebagai tabungan mereka. Dengan menabung di instrumen investasi jangka pendek mereka bisa mendapatkan dana dalam waktu singkat, selain tentunya juga mendapatkan imbal balik dari hasil investasinya. Prinsip mereka, jangan sampai ada uang yang nganggur, buat semua uang tersebut bekerja untuk kita.
  4. Prinsip harus bisa. Prinsip sukses bisnis mereka selanjutnya adalah harus bisa. Jika orang lain bisa melakukannya maka kita juga pasti bisa. Lihat negara lain menciptakan handphone canggih, maka orang China juga bisa membuatnya sendiri, bahkan dengan harga jual yang lebih rendah dari produk aslinya. Mereka tidak pernah puas mencapai kesuksesan tertentu, mereka selalu melihat keatas mereka, sehingga memberikan semangat untuk bekerja lebih keras lagi.
  5. Prinsip pinjam uang kerabat. Tak jarang orang Etnis tionghoa/cina yang enggan menggunakan jasa perbankan. Selain mereka akan dibebankan bunga yang besar, mereka juga lebih suka berjalan dengan kemampuan sendiri. Prinsip mereka, pinjam kepada bank harus digunakan untuk sesuatu yang pasti, sesuatu yang terbukti memberikan keuntungan bagi mereka. Untuk usaha/bisnis yang baru dirintis, yang mereka belum tahu resiko yang akan dihadapi, mereka lebih memilih berhutang kepada kerabat mereka sendiri. Perlu diketahui bahwa rasa solidaritas sesama etnis Etnis tionghoa/cina sangatlah besar, lebih-lebih dalam masalah bisnis. Mereka yang lebih dulu sukses selalu membantu saudara mereka untuk bisa meraih kesuksesan juga.
  6. Prinsip beli dalam jumlah partai. Keberanian mereka dalam mengambil resiko patut kita acungi jempol. Walaupun keberanian mereka tetap diimbangi dengan kepiawaian dalam memanage resiko. Orang Etnis tionghoa/cina lebih suka mengambil barang secara partai, kemudian menjualnya kembali kepada pedagang kecil ataupun pengecer. Mereka tidak mengambil margin yang besar, akan tetapi lebih bermain pada kuantitas atau volume penjualan yang besar. Untung sedikit, tetapi penjualan yang banyak.
  7. Prinsip serba ada. One stop shopping, sekali pelanggan datang maka pelanggan itu akan mendapatkan apapun yang mereka cari. Lihat toko-toko orang Etnis tionghoa/cina, berbagai macam barang berjejal-jejal mengisi seluruh ruang yang ada. Kalau perlu sampai di teras malah di tempat parkir. Yup, mereka tidak pernah tanggung-tanggung dalam membuka bisnis, harus super lengkap, terlihat banyak barang yang di display. Hal inilah yang justru malah menarik konsumen untuk datang ke tempat mereka.
  8. Tidak Gengsi & Menghargai waktu. Inilah salah satu yang membuat mereka sukses yakni menghargai waktu dan bisa menempatkan waktu dengan kegiatan yang bermanfaat. Tak jarang etnis tionghoa yang berjualan gorengan walaupun dalam skala kecil, mereka yakin jika keuletan dalam pekerjaan akan membawa kesuksesan tersendiri.
Demikian beberapa prinsip dan cara bisnis masyarakat Etnis tionghoa/cina yang mungkin bisa kita jadikan pelajaran demi meraih kesuksesan. Dari kesemua prinsip yang ada diatas, tiga prinsip yang pertama merupakan pilar utama dalam membangun sebuah bisnis yang sukses.


Read more ...
Kamis, 02 Oktober 2014

Cerita Inspiratif : Elang yang galau dan Kalkun yang malas

dahulu kala burung elang dan kalkun adalah sahabat baik. Mereka selalu melakukan kegiatan berdua, membangun sarang mereka bersama, mencari makan juga bersama-sama, bahkan ‘hang out’ terbang di udara pun selalu bersama-sama. 

Pada jaman dulu bentuk tubuh kalkun tidak seperti sekarang ini, dulu tubuhnya ramping dan atletis seperti burung elang, dan dia dapat terbang dengan gesit untuk mencari makan persis seperti burung elang. Manusia tidak pernah merasa aneh tentang persahabatan kedua burung ini karena elang dan kalkun selalu terlihat terbang bersama-sama di angkasa.
Ketika itu si kalkun dan elang sedang terbang di udara. Si kalkun merasa lapar dan ingin mencari sesuatu untuk di makan, lalu dia berkata pada elang “Lang, gue laper banget nih cuy. Cari makanan di daratan yuk, kayaknya banyak makanan yang enak di sono”. Lalu si elang membalas “Ane juga lapar Kun, ide ente boleh juga, mari kita ke daratan nyari makanan”.

Lalu kedua sahabat itu terbang menukik menuju daratan dimana beberapa hewan lain juga sedang berada di sana, kedua burung ini kemudian bergabung untuk makan dengan hewan lainnya di darat. Ketika itu elang dan kalkun mendarat persis di dekat seekor sapi yang sedang menikmati makan jagung manis. Si sapi kelihatan sibuk sekali, tapi kemudian dia berkata pada kedua sahabat itu “Eh ada elang dan kalkun, selamat datang agan-agan. Silahkan cicipi jagung manis ini, rasanya enak lho”.

Keramahan si sapi ini membuat elang dan kalkun terkejut karena selama ini mereka tidak pernah berbagi makanan dengan hewan lain dengan begitu mudahnya. Kemudian si elang berkata pada si sapi “Gan, ente baik bener. Kenapa ente mau berbagi makanan milik ente dengan kami?”. Lalu si sapi menjawabnya “Kagak papa gan, makanan di sini banyak kog. Tuan petani selalu memberikan makanan yang kami butuhkan setiap hari, enjoy aja lagi”. Jawaban si sapi membuat kedua sahabat itu semakin kaget, dan semakin penasaran pada cerita si sapi.
Si sapi kemudian bercerita lagi “Tuan petani itu baik sekali dia selalu menyediakan makanan pada kami. Dia juga menanam sendiri jagungnya dan juga bahan makanan lainnya. Kami tidak perlu bekerja sama sekali. Selain itu, Tuan petani juga menyediakan tempat tinggal yang baik bagi kami, lengkap deh gan”. Cerita si sapi membuat elang dan kalkun semakin terheran-heran karena seumur hidup mereka belum pernah mendapatkan kemudahan seperti itu. Mereka harus bekerja keras untuk mencari makanan dan kadang harus rebutan dengan hewan lain. Begitu juga untuk membuat rumah, elang dan kalkun harus membuatnya dengan susah payah.
Setelah kedua sahabat itu selesai menikmati keramahan si sapi lalu mereka pulang dan kemudian mulai berdiskusi tentang pengalaman mereka hari itu. Si kalkun berkata pada sahabatnya “Elang sahabatku yang caem, kayaknya kita harus tinggal juga di tempat tuan petani itu. Kita tidak perlu lagi bekerja keras untuk mencari makanan, dan tempat tinggal juga sudah tersedia. Rasanya ane dah capek terbang dan bekerja keras setiap hari hanya untuk hidup”.
Si elang galau juga dengan pengalamannya hari itu. Lalu dia pun menjawab sahabatnya “Ane ga yakin gan tentang ide ente kali ini. Menurut ane agak ga masuk akal kalo ada pihak yang mau memberikan segala sesuatu tanpa imbalan sama sekali. Selain itu Ane lebih suka terbang bebas di angkasa mengarungi langit biru. Menurut ane bukan hal yang buruk kalo kita bekerja keras untuk mencari makanan dan membangun tempat tinggal kita. Dan itu sebuah tantangan yang menarik sahabat ku kalkun yang caem”.

Kedua sahabat ini tidak sependapat satu sama lain dan akhirnya memutuskan untuk berpisah. Si kalkun memutuskan untuk tinggal di daratan bersama sapi, dia mendapatkan makanan dan tempat tinggal tanpa harus bekerja keras. Berbeda dengan sahabatnya yang lebih suka kebebasan walau harus menghadapi tantangan setiap hari untuk mencari makanan dan tempat tinggal.

Pada saat itu semua berjalan sangat baik bagi si kalkun. Dia mendapat makanan yang enak setiap hari tanpa harus bekerja keras seperti dulu. Lambat laun si kalkun yang malas pun akhirnya bertambah gemuk. Lalu pada suatu hari si kalkun mendengar berita bahwa istri si Tuan petani ingin membuat hidangan daging kalkun panggang untuk makan malam di hari Thanks Giving. Tentu saja si kalkun kaget dan panik, kemungkinan besar si istri petani akan memasaknya untuk perayaan hari Thanks Giving yang akan datang. Kemudian si kalkun memutuskan untuk meninggalkan tempat Tuan petani dan kembali bersama sahabatnya si Elang.
Namun ketika si kalkun hendak terbang, dia menyadari bahwa badannya sudah terlalu berat dan malas. Dia tidak bisa terbang sama sekali, si kalkun hanya bisa mengepak-ngepakkan sayapnya. Akhirnya istri Tuan petani menangkapnya, memotong, dan memanggang si kalkun untuk hidangan makan malam di hari Thanks Giving.

Pesan moral dari kisah elang dan kalkun ini:
Anda akan menyesalinya setelah segalanya berlalu dan tidak ada KESEMPATAN lagi.
Seperti pepatah kuno “selalu ada keju gratis dalam perangkap tikus”.
source: maxmanroe
Read more ...

cerita inspiratif : Cinta Cicak


Ketika sedang merenovasi sebuah rumah, seseorang mencoba merontokan tembok. Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong diantara tembok yang terbuat dari kayu. Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor cicak terperangkap diantara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah surat.

Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengecek surat itu, ternyata surat tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.

Apa yang terjadi? Bagaimana cicak itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun??? Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikitpun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akan.

Orang itu lalu berpikir, bagaimana cicak itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada surat itu!

Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan cicak itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. kemudian, tidak tahu darimana datangnya, seekor cicak lain muncul dengan makanan di mulutnya....AHHHH!

Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor cicak lain yang selalu memperhatikan cicak yang terperangkap itu selama 10 tahun.

Sungguh ini sebuah cinta...cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor cicak itu. apa yang dapat dilakukan oleh cinta? tentu saja sebuah keajaiban.

Bayangkan, cicak itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu menganggumkan.

masih meragukan cinta cicak, simak videonya di bawah ini :


Read more ...

cerita inspiratif : Sang Kancil dan Sekawanan Gajah

Blusukkkk!!!!” Sang Kancil tiba-tiba terperosok ke dalam sebuah sumur tua tatkala sedang berada di tepi hutan dalam perjalanan menuju pantai. Kabut masih tebal saat itu sehingga sumur tersebut tidak terlihat oleh Sang Kancil. Rupanya itu adalah sumur peninggalan Tarzan yang telah lama meninggalkan tempat itu setelah beralih profesi jadi Tarzan Kota.

“Aduh biyuuungg, kakiku sakit buangeeet!” teriak Sang Kancil sambil menggaduh-gaduh menahan sakit. Meskipun dirinya terjatuh di air, namun karena air sumur tak seberapa dalam maka kakinya terasa nyeri yang hebat akibat benturan. Lalu dengan terpincang-pincang Sang Kancil berenang menepi dan duduk di batu besar yang menyembul di tepi sumur.
Sang Kancil termenung memikirkan nasibnya. Sumur ini ada di tepi hutan. Jarang sekali ada binatang yang berani bepergian sampai ke tepi hutan.
Paling-paling sekawanan Gajah yang sedang menjajaki rute baru  untuk jalan santai,  kawanan Babi Hutan yang hendak mencari jagung manis atau Serigala yang sedang mencari-cari makanan alternatif karena sudah bosan dengan makanan yang ada di dalam hutan. Itu artinya dirinya harus lama menunggu sampai ada binatang yang menemukan dirinya di dalam sumur.
Setelah tiga hari tiga malam terjebak, pada hari keempat barulah muncul sekawanan Babi Hutan yang melongok dari bibir sumur. Mereka kehausan dan sedang mencari-cari sumber air minum yang memang jarang ada di tepi hutan itu. Sang Kancil berteriak kegirangan melihat Babi Hutan.
“Hoooiiii, bantu aku keluar dari sini duuuuuuung!” teriaknya sekuat tenaga.
Tapi alih-alih menolong Sang Kancil, para Babi Hutan malahan lari terbirit-birit mendengar suara menggelegar dari dasar sumur. Dikiranya ada monster penunggu sumur yang akan memakan mereka.
Sang Kancil kesal bukan main. Dianggapnya para Babi Hutan itu sungguh terlalu takut pada bayangan monster dalam pikiran mereka sendiri. Mereka terlalu percaya pada cerita-cerita monster sehingga apa saja yang aneh dan menakutkan langsung dianggap monster.
Pada hari kelima muncul lagi seekor binatang lain. Kali ini datang seekor keledai yang baru saja meloloskan diri dari majikannya. Dengan hati riang senang-senang dia bersiul-siul menyusuri tepi hutan. Sampailah dia di bibir sumur tempat Sang Kancil terperosok. Tentu saja dia haus dan penasaran, apakah bisa minum dari sumur tersebut. Belajar dari pengalaman ketakutan para Babi Hutan, kali ini Sang Kancil tidak berteriak. Dia hanya menyapa pelan pada Keledai yang tengah melongokkan kepala.
“Wahai teman, Tolonglah aku. Aku terperosok di dalam sumur tanpa bisa keluar lagi” kata Sang Kancil.
Keledai melihat sejenak ke dalam sumur dan terheran-heran mendengar suara dari dalam sumur. Kemudian dia mengamat-amati dasar sumur, barulah dilihatnya Sang Kancil yang sedang duduk lemas di atas batu. Tiba-tiba Keledai tertawa terbahak-bahak. Si Keledai tertawa terpingkal-pingkal sampai-sampai berguling-guling di atas tanah.
“Hohohoho…itukah Kancil nan cerdik yang tengah bernasib buruk. Uruslah sendiri nasibmu. Aku tak punya banyak waktu untuk menolongmu. Lagipula waktu aku jadi peliharaan majikanku, tak ada seorang pun yang peduli. Kini giliranmu dicuekin….Hahahahahaha. Sorry yah!” kata Keledai sambil berlalu dengan masih ketawa ngikik.
Sang Kancil kembali ditinggal seorang diri di dalam sumur. Pada hari keenam muncullah sekelompok orang membawa pedati yang beristirahat di tempat itu. Mereka mendirikan tenda-tenda dan mulai memasak. Nampaknya mereka adalah kafilah pedagang yang sedang mampir beristirahat. Mendengar suara-suara manusia, tahulah Sang Kancil bahwa dirinya harus bersembunyi. Maka cepat-cepatlah dia masuk ke lubang kecil yang ada di dinding sumur dan bersembunyi di situ karena takut ditangkap dan dijadikan sate kancil nan gurih.
Untunglah para pedagang itu jarang melongok ke dalam sumur sehingga tidak memergoki Sang Kancil. Mereka hanya sesekali saja pergi ke sumur itu untuk mengambil air dengan ember yang diikat dengan tali. Air itu dipergunakan untuk memasak, mencuci dan mandi. Keesokan harinya mereka telah meninggalkan tempat itu. Dari suara-suara mereka, tahulah Sang Kancil bahwa para pedagang itu membuang ember bertali di dekat sumur karena dianggapnya sudah usang.
Pada hari ketujuh muncullah sekawanan gajah yang melintas di dekat sumur. Mereka meneliti dasar sumur karena kehausan. Tak sengaja terlihat oleh mereka Sang Kancil tengah tertidur di sana. Para Gajah itu saling berbisik membicarakan binatang yang tengah terbaring di dasar sumur. Kemudian mereka berteriak memanggil Sang Kancil.
Sang Kancil kaget oleh teriakan para Gajah dan terbangun. Dilihatnya ada beberapa kepala gajah menyembul di bibir sumur. Diam-diam dia sedang berpikir keras cara minta bantuan mereka untuk keluar dari sumur. Akhirnya dia memutuskan untuk membantu para Gajah, baru kemudian minta tolong pada mereka. Memberi dulu baru kemudian menerima pertolongan.
“Wahai Gajah kita adalah sobat yang harus tolong menolong” kata Kancil.
Para Gajah mengangguk-angguk sambil bergumam tanda setuju. Mereka tak sadar jika Sang Kancil berada di dalam sumur karena terjatuh.



“Aku tahu kalian kehausan. Aku akan membantu kalian mengambil air dari dalam sumur. Coba lihat adakah ember dan tali yang diletakkan di dekat sumur. Kemarin kudengar para kafilah membuang ember beserta talinya karena sudah punya ember baru. Walaupun butut ember itu masih berguna bagi kalian. Turunkan ember ke dalam sumur, pegang ujung talinya. Aku akan membantumu menciduk air sumur” teriak Sang Kancil.
Para Gajah yang tengah kehausan dengan antusias mencari-cari barang yang disebutkan Sang Kancil. Sampai akhirnya mereka menemukan tak jauh dari bibir sumur tergeletak ember butut yang diikat dengan tali yang tak kalah bututnya dan penuh sambungan. Kemudian mereka menurunkan ember ke dalam sumur. Sang Kancil membantu menciduk air dan menyuruh gajah menarik ember yang sudah terisi air ke atas.
Begitulah berulang kali air diambil dari dasar sumur. Dengan girangnya para Gajah bergantian minum dan mandi dari air dalam ember yang diambil dari dalam sumur. Maklum sudah dari kemarin mereka kesulitan mencari sumber air. Setelah semua Gajah selesai mandi, barulah Sang Kancil berteriak untuk minta dikeluarkan dari dasar sumur.
Merasa Sang Kancil telah membantu mereka mendapatkan air, para Gajah dengan senang hati membantu Sang Kancil keluar dari dasar sumur. Sang Kancil berpegangan erat pada ember saat dia ditarik keluar dari dasar sumur.
Para Gajah serta merta mengerumuninya dan bertanya-tanya mengapa Sang Kancil bisa berada di dasar sumur. Tadinya mereka mengira Sang Kancil sengaja berdiam diri di sana. Kemudian Gajah-gajah itu membawakan berbagai macam pucuk daun muda dan buah-buahan untuk Sang Kancil yang terlihat begitu lemah sehingga sulit berjalan.
Setelah satu malam menginap di tempat itu dengan dijagai para Gajah, Sang Kancil merasa dirinya cukup kuat untuk melanjutkan perjalanan menuju pantai selatan untuk bertemu dengan keluarga Paus biru. Mereka mengundang Sang Kancil untuk berbagi pengalaman.
Kancil berterimakasih pada para Gajah yang telah membantunya. Para Gajah juga merasa sangat berhutang budi pada Sang Kancil yang telah memberi tahu teknik sederhana mengambil air dari dalam sumur. Sengaja mereka membawa ember butut bertali ke rumah mereka di tengah hutan. Di sana terdapat sumur yang tidak pernah dimanfaatkan karena para Gajah tidak tahu cara mengambil air dari sumur yang dalam
Read more ...
Kunjungi Tas Anak - Support Harga Tas Anak and Kontak Kami